Tanya Jawab Seputar Homeschooling

Happy Monday , Mommies... Senin ceria ini saya mau sharing tentang tanya jawab seputar homeschooling, hasil diskusi kami di komunitas H...

Tanya Jawab Seputar Homeschooling
Happy Monday, Mommies... Senin ceria ini saya mau sharing tentang tanya jawab seputar homeschooling, hasil diskusi kami di komunitas Homeschooling Muslim Nusantara Semarang. Well saya juga masih newbie di komunitas ini, awalnya memang saya sangat tertarik dengan homeschooling karena tidak ada sekolah senyaman di rumah, bukan? Tentunya untuk menerapkan proses homeschooling itu sendiri, orang tua menjadi pilar utamanya.

Berikut adalah intisari hasil diskusi kami tentang Tanya Jawab Seputar Homeschooling.

Sumber : Grup HSMN Semarang
Narasumber : Teh Patra
Waktu Diskusi : Jumat, 3 April 2015
Tema : PRAKTEK HOMESCHOOLING
Moderator : Kiki dan Lillah
Notulensi.  : Arina
Durasi 2 jam Pkl. 20.00 - 22.00 wib

SELAYANG PANDANG DARI TEH PATRA
Perkenalkan dulu, saya Patra,  lengkapnya Yuria Pratiwhi Cleopatra
Ibu 4 anak HS (17,14,13,3)tahun, Domisili Bandung.

Jadi homeschooling itu adalah kegiatan sekolah yang dilakukan di luar sekolah formal, dengan ujian kesetaraan ujian paket A, B, C. Alasan diterapkan HS berbeda-beda di setiap keluarga. HS ini hanya merupakan salah satu alternatif jenis pendidikan, seperti juga sekolah negri, sdit, boarding, pesantren, dll. Memilih jenis yang mana,  disesuaikan dengan visi dan misi masing-masing keluarga.
Sebelum membahas praktek,  kita samakan persepsi bahwa HS itu adalah pendidikan usia sekolah jenjang SD,  SMP dan SMA. Jadi sebelum SD dan sesudah SMA bukan HS ya. Mungkin HE (Home education) aja.

HS secara umum terdiri atas 2 jenis : yang mengikuti kurikulum dan tidak.

Sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling, tentunya perlu ada penyamaan persepsi, visi misi, dan platform keluarga. Setelah itu baru dibuat program tahunan, program bulanan, program mingguan hingga program harian. Jika memungkinkan bisa dilakukan evaluasi perjalanan keluarga setiap pekan. Kalau tidak paling sedikit sebulan sekali perlu ada rapat keluarga. Setiap keluarga kan punya visi, misi dan cita2. Mau membentuk keluarga seperti apa? Mau punya anak seperti apa? Maka semua anggota keluarga perlu duduk bersama merumuskannya.

Paling gampang, coba bayangkan 5 tahun ke depan kita ingin keluarga kita seperti apa. Ibu menjadi bagaimana, ayah bagaimana, anak bagaimana. Baru setelah itu ditentukan model pendidikan apa yang cocok, apakah sekolah formal? bilingual school? pesantren? HS? dst.

Perlu ada kesamaan suhu antar semua stakeholder tersebut. Sehingga proses HS akan menjadi tanggung jawab dan keinginan bersama. Berat sekali kalau ada salah satu pihak yang tidak setuju dan tidak mendukung, apakah itu ibu, ayah dan anak.

TANYA JAWAB

1. TANYA 1, Bunda nunung
Bagaimana cara menyusun kurikulum utk anak homeschooling? Apakah ada buku atau sumber yg bisa dijadikan contoh model? Terimakasih

JAWAB :
Untuk menyusun kurikulum, kita bisa kembali pada visi misi yg kita buat itu. Target apa yg ingin dicapai? Berapa lama? Nah, target itu bisa dibreakdown menjadi kurikulum. Misalnya kalau kita ingin anak hafizh Qur'an dalam 5 tahun,  berarti tahun pertama sekian,  kedua sekian, dst. Nah dari satu tahun yang harus hapal sekian juz itu, sebulan berapa, seminggu berapa, sehari berapa. Dan semua itu dilakukan utk semua mata pelajaran,  termasuk mata pelajaran akademis, ekskul pilihan,  dll. Jadi seluruh kegiatan bisa terukur.

2. TANYA 2. BUNDA NINIES
Bagaimana praktek homeschooling/HS utk anak Balita?? Putri saya usia 5 tahun & 2 tahun,, aktivitasY sering bertolak belakang. Si kakak 5 tahun lg seneng2Y menyusun, menata, memasang dan merapikan sesuatu. Si adik 2 tahun lg asyik2Y eksplorasi dg membongkar, mengorak-arik sesuatu. Kadang pas aktifitas main sambil belajar,, Kakak lg asyik menyusun, adik ikut2an dg cara merobohkan, dsb. Jd bubar dech..aktivitasY. Jd bagaimana praktek HS utk anak2 semacam ini agar efektif&optimal.

JAWAB :
Bunda Ninis, itu kejadian yang menimpa hampir seluruh ibu balita ya. Tidak hanya di rumah tapi juga di semua tempat. Oleh karenanya, membuat lesson plan itu harus diupayakan. Tentukan target yang ingin dicapai. Misalnya ditentukan target yang ingin dicapai pekan ini adalah pengembangan motorik. Maka pola belajarnya dipisah agar optimal. Dicari waktu yang tidak saling bertabrakan. Atau targetnya adalah pengembangan emosi. Maka bisa disatukan. Anak akan belajar sabar, berbagi, menunggu, menyayangi, dll

3. TANYA 3
Saya berasal dr kultur pantai&laut, sedang suami dr kultur pegunungan. Bagaimana saya bisa mengoptimalkan potensi2 tsb utk media belajar anak2 dlm mengeksplor alam sekitar sbg salah satu cara belajar dlm praktek HS??

JAWAB :
Untuk pertanyaan  mengenai kultur, Alhamdulillah kalau kultur itu masih terbentuk hingga sekarang, karena di jaman global ini nyaris sulit menemukan orang dengan kultur yang unik. Kebanyakan seragam aja, tidak menampakkan keunikan kulturalnya.

Dari kultur pegunungan tentunya sangat paham ya dengan kebiasaan bercocok tanam. Sehingga anak bisa diajari tentang proses penciptaan makanan yang dikaitkan dengan aqidah. Selain itu di pegunungan juga ada hewan ternak. Anak bisa dilatih memelihara hewan untuk melatih kelembutan hati dan kedisiplinan.

Dari kultur pantai biasanya orangnya pemberani. Anak bisa dilatih untuk memperlihatkan keberanian di setiap aspek kehidupan. Kalau tempat tinggal mendukung untuk eksplorasi tentunya bisa dioptimalkan..misalnya tinggal di gunung atau di laut. Kalau tidak, ortu bisa membuat maket/model alam sebagai bahan belajar. Tapi tetap anak pun perlu memahami kultur yang lain selain pegunungan dan laut. Misalnya kultur perkotaan, perkampungan, dll

4. TANYA 4, bunda mey
Putri saya 13th, baru kurang lebih 9 bulan menjalani HS...kendati kami sdh membuat jadwal harian, mingguan dan bulanan...kadang masih kurang konsisten mematuhi jadwal yg sdh kami buat..misalnya jika ada acr mendadak...apakah proses ini jg banyak dialami pelaku HS ...bagaimana menyikapinya..?

JAWAB :
Bunda Mey, kalau yang saya alami, jadwal tidak selamanya jadi patokan. Kadang pencapaian yang jadi patokannya. Misalnya kita targetkan pelajaran 1 bab selesai dalam 1 pekan. Ternyata dalam 1 hari sudah paham. Bisa saja kita beri kelonggaran atau 'hadiah' libur pada anak-anak.

Atau jika target yang ditentukan tidak tercapai, kita bisa menambah jadwal atau menggeser jam main mereka. pun ketika ada gangguan yang syar'i..maka bisa kita pindahkan jadwal yang terganggu ke hari/jam lain. Tentunya hal ini harus disepakati di awal. Kalau gangguannya termasuk dalam proses belajar, maka kita tidak perlu khawatir dan tidak perlu mengganti, flexible saja.

Misalnya anak-anak ada jadwal piano sejam sehari. Ternyata saat akan konser mereka perlu jadwal tambahan. tidak mengapa mereka menggeser jadwal lainnya dan menggantinya dengan latihan piano, karena latihan itu termasuk proses belajar, atau anak harus libur sehari untuk ikut lomba robot, jadwal hari itu di skip saja. Serius, tapi flexible, yang tidak boleh ditolelir itu hanya kemalasan dan pelanggaran.

5. TANYA 5,  BUNDA YUYUN
Assalamualaikum Teh Patra, saya ibu dari 2 anak laki2 (10 th & 6 th), saya baru menjalani hs sekitar 3 bln ini dan itu pun awalnya 'sedikit terpaksa' krn salah satu anak saya merasa sdh tdk nyaman dgn sekolah formal dan saya pun sempat kecewa dgn sekolahan yg terdahulu. Jujur saat ini saya blm mampu memfasilitasi anak2 dgn optimal krn sesuatu hal. Dan jujur utk saat ini saya pun blm dpt mentargetkan apa2 krn anak2 saya perhatikan sdg senang2nya 'free' dr semua tekanan yg sebelumnya mungkin tanpa saya sadari saya tlh melakukannya thdp anak krn tuntutan akademis di sekolah formal. Nah utk hs ini,apakah memang hrs ada target tertentu yg hrs kita capai? Apakah anak2 tetap hrs belajar mengikuti kurikulum spt sekolah formal mengingat pd diskusi yg lalu ada narasumber yg mengatakan bahwa utk persiapan UN hanya dibutuhkan wkt 1 th sebelumnya saja cukup. Sedangkan anak saya baru kelas 3 dan 1 SD. Apakah saya salah sbg ortu apabila saya saat ini hanya berupaya mengikuti apa yg mereka suka,mengingat msh ada jeda waktu 3 th utk si sulung UN? Mohon pencerahannya ya Teh...terima kasih sebelumnya."

JAWAB :
Dear Mbak Yuyun..dari sekian banyak pertanyaan yang saya terima mengenai hs, banyak yang senada. Mungkin nanti jawaban ini akan saya upload ke fesbuk ya..hehe..biar cepet kalo ada yang nanya lagi.
Banyak alasan orang sekarang mengambil HS. Tapi secara garis besar, saya bagi menjadi 2 saja :
1. Karena ingin mencapai visi misi keluarga yang tinggi tapi tidak tercover oleh sekolah formal
2. Karena bermasalah, baik masalah medis, masalah sosial, finansial, dll.

HS yang berangkat dari visi misi dan platform keluarga seperti yang saya jelaskan di atas itu merujuk pada alasan pertama. Kita ingin anak kita lebih baik dari anak seusianya. Kita ingin anak kita mencapai lebih banyak dan bermanfaat lebih luas bagi ummat. Konsekuensinya, anak akan belajar lebih keras, lebih bertanggungjawab, lebih mandiri, dan lebih struggle daripada anak sekolah formal.

Di keluarga saya, nyaris tidak ada hari libur untuk mereka. Bahkan saat anak sekolah formal libur dua minggu setelah US, anak2 saya tidak libur. Karena banyak sekali pencapaian yang harus mereka raih. Tentunya semua ini perlu dipahamkan dan dicari metode yang tidak membebani mereka. Dan mereka membuat sendiri jadwal dan target yang ingin mereka capai. Mereka bisa libur dari mata pelajaran akademis asal diganti dengan stimulasi lain. Tidak boleh dengan hiburan game dll.

HS yang berasal dari masalah, sulit untuk bisa berkembang dengan optimal. Anak-anak pada dasarnya belum mengerti apa yang baik bagi mereka. Di situlah tugas kita sebagai ortu untuk mendidik, membimbing, memotivasi mereka. Sekali anak dibiarkan berbuat sesuka hatinya dengan bebas tanpa pertanggungjawaban, akan sulit bagi orangtua mengembalikan mereka ke rel nya lagi.
Yang harus dilakukan adalah mencari akar masalah. HS itu bukan pelarian. Harus dikaji lebih dalam, apa penyebab ketidaknyamanan itu? Apa perlu terapi? Psikolog? psikiater? Masalah yang ada harus diselesaikan sebelum menerapkan HS.

Mengenai kurikulum untuk UN, memang kurikulum UN bisa kita kejar dalam waktu 1 tahun. Bahkan untuk jenjang SD bisa saja dikejar dalam waktu 3 bulan. Itu sebabnya kita perlu punya platform. Akan dijadikan apa anak-anak kita? Kalau sekedar lulus ujian paket saja sih bahkan tidak perlu belajar. PKBM terkadang memberi jawaban, mengatrol nilai dan memberi nilai bagus untuk rapot. Tapi untuk apa? Seperti itukah anak yang ingin kita besarkan? Sekedar lulus ujian paket saja? Bagaimana dengan mental belajarnya? Bagaimana dengan semangat hidupnya? Bagaimana dengan target non akademisnya?

Silahkan duduk bersama suami dan anak-anak untuk membahas masa depan anak-anak dan keluarga. Usia 10 tahun tentunya sudah cukup besar untuk bisa berdialog dan berpikir logis

6. TANYA 6. bunda rosalia
Assalamualaikum mb mau tanya ya, Utk analis SWOT HS gmn?
Maksud sy Strong, Weakness, opportunity, Threat..khususnya bagi atau dr sudut pandang keluarga?
Kan kl ikut lembaga formal, sdh tdk perlu bikin analisis SWOT, krn masing2 lembaga sudah buat di kurikulum masing2 nya...
Terimakasih,

JAWAB :
Bunda Rosa, analisis swot itu kan sesuatu yang diperlukan oleh setiap keluarga. Bukan hanya yang hs saja. Sangat harus keluarga itu memahami kelebihan dan kekurangan yang ada, bagaimana mengoptimalkan kekuatan, mengatasi kelemahan. Perlu tau peluang-peluang apa yang bisa diraih, bukan hanya anak-anak saja tapi juga orang tua. Perlu tau hal-hal apa saja yang bisa mengancam upaya kita. Bentuknya mungkin tidak harus sama persis seperti yang dilatihkan di training leadership atau manajemen itu..hehe..ya nyaman-nyamannya keluarga aja.

Misalnya di keluarga saya, sebelum memutuskan HS kami duduk bersama. Saya, suami, anak pertama kelas 2 SMP, anak kedua kelas 5 SD, dan anak ketiga kelas 3 SD. Kami sampaikan kepada mereka tentang kemungkinan HS, kelebihan dan kekurangannya, resiko-resikonya, ditanyakan kesiapan mereka untuk bertanggung jawab atas konsekuensi pilihan yang mungkin ada.

Kami diskusikan kelebihan dan kekurangan setiap anggota rapat, rencana-rencana, rencana ayah 5 tahun ke depan, rencana ibu, rencana mereka masing2. Semuanya sangat perlu dilakukan jika kita ingin keluarga kita menjadi bagian dari pembangun peradaban. Bahkan jika kita menyekolahkan anak di sekolah formal, semakin perlu kita buat swotnya.

7. TANYA 
Kalau boleh tambah tanya, kl kelebihan HS sudah sering dibahas, trus kl kelemahan nya ap y Teh??

JAWAB :
kelemahan yang paling utama adalah kelemahan mental..hehehe..
kalau sekolah formal kan sistemik, semua sudah terstruktur. yang hs ini terlalu subjektif, tergantung mood anak dan ortunya. Makanya perlu dibuat evaluasi rutin. Sehingga kalau terjadi hal2 yang diinginkan, misalnya sudah sekian bulan berjalan tidak optimal, kita bisa mencari alternatif solusi. Selain itu sebaiknya ortu hs saling bergabung juga untuk membentuk komunitas, saling sharing, mengerjakan proyek bersama, bertukar info dan pengalaman, dll.

Yang jelas menjalankan HS itu berarti kerja keras untuk ortunya (terutama ibu) karena ibu yang sehari-hari di rumah. Kalau kita gagal di sekolah formal, maka kita bisa menyalahkan mereka. Kalau kita gagal di HS, maka seluruh beban dan tanggungjawab dunia akhirat kita yang pikul. Kelemahan lain adalah banyak ortu HS yang enggan mencari info mengenai legal formal HS. Hal ini membuat ortu tidak dapat menyelaraskan program HS dengan peraturan diknas.

8. TANYA 8, mbak kensafithri
Pembelajaran kpd anak kn harus sesuai dg tahap tumbuh kembang ya teh? Bagaimana caranya mapping bahan ajar yg hrs d ajarkan sesuai kebutuhan anak? Adakah buku  panduan yang recommended?

JAWAB :
Mbak Kensafithri, untuk bahan ajar saat ini tidak sulit mencarinya. Kita bisa mendapat banyak sekali bahan dari internet, tinggal search aja. Termasuk juga mengenai tahapan tumbuh kembang anak..semua lengkap di web. Kecuali kurikulum akademis kita mengacu pada kurikulum diknas.

9. TANYA 9 dst, Bunda Dini
Anak saya umur 7th ,sdh msk sd formal, rencana tahun depan sy HS kan brng adiknya yg msk usia SD. Berbicara kurikulum, memakai pedoman buku dr diknas/bgmn? Krn td smpt dibhs mslh mengejar materi misal 1 bab. Indikator pencapaian perkembangan ttp pakai yg dr diknas kah?

JAWAB :
(Sudah terjawab di pertanyaan pertama)

10. TANYA 10
Ujian nasional/ujian paket,tentunya kita ingin anak kita mendptkan hasil lulus,bgmn treatment nya kpd kita dan anak agar tdk mnjd "horor". Karena mau tdk mau ini adl legalitas kan.

JAWAB :
Anak-anak itu ga horor ko sama ujian paket, mereka sih enjoy aja. Yang bikin horor kan media, hehehe. Dari dulu juga kita ujian biasa aja kan ya! Lagipula nilai kelulusan itu rendah sekali..hehehe..rata-rata 5 kalau ga salah. Sebetulnya kalau sampai ga lulus itu ya memang bermasalah sekali dan tidak diperbaiki.

Akhirnya kembali ke cara kita menyampaikan tentang ujian itu. Kalau sekedar lulus sih, seperti saya sampaikan, PKBM bersedia 'membantu' karena itu sangat penting untuk keberlangsungan ekonomi mereka. Anak yang menguasai bahan ajar dan sering latihan soal, Insya Allah lulus.☺

11. TANYA 11
Pembahasaan yg ramah ke anak bgmn ya utk HS ini, terutama utk sulung yg sdh bersekolah formal.
Latar belakang sprt yg disampaikan teh patra, ada ketidakpuasan kami thd sistem dr sekolah dan membuat anak jenuh serta terbebani. Ketika si sulung ditanya ttg sekolah, dia ttp mau skul disitu.

JAWAB :
Kalau anak mau sekolah disitu, berarti tidak jenuh dong? Jenuh itu kalau spons sudah tidak bisa menyerap air lagi.

12. TANYA 12
Bgmn ttg mslh sosialisasi?? Klo di komnitas ini kan ada keg brsm tp jamnya jg terbatas,sdgkn di skul mereka berjam2 berinteraksi dgn teman. Terima kasih sblmnya

JAWAB :
Sosialisasi juga menjadi PR ortu. Kita harus pro aktif mendorong mereka mencari tempat sosialisasi jika mereka kesulitan. Jika tidak ya alhamdulillah. Makanya membentuk komunitas itu sangat dianjurkan. Mengenai jam atau waktu interaksi saya pikir bukan isyu. Jaman sekarang anak2 bisa berkomunikasi secara online. Yang saya perhatikan, seringkali anak-anak sekolah formal berkumpul bersama, tapi masing-masing sibuk dengan gadgetnya, itu sih bukan bersosialisasi namanya ☺

Alhamdulillah, terima kasih ya atas semua atensinya. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, salah tangkap dll karena terbatasnya waktu dan media kita. Insya Allah tidak perlu closing statement yaa..tinggal praktek aja..

Jazakumullahu khairan katsiiraa
Wassalaamu'alaikum Wa rahmatullahi wa barakatuhu
---------------------------------------------------------------------

Demikian berbagi ilmunya tentang Tanya Jawab Seputar Homeschooling kali ini ya, Mommies.. Semoga bermanfaat.

Salam Hangat


Related

Pendidikan Anak 1203569195104629623

Post a Comment

Hai, saya Nurul.
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar pada artikel ini. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.
Salam hangat.

emo-but-icon

item